Powered By Blogger

Jumat, 21 Februari 2014

Late Posting - My Drawings

Kimi Ni Todoke versi Farida!
sebenarnya gambar ini udah lama banget dibuat lho. Dari kelas 11 SMA aku buatnya, haha :) gambarnya Sawako sama Shouta. Sukaaaa banget, seru ceritanya..

Kalau yang ini sebelumnya udah ku post, tapi belum diwarnain. Hehe, ini setelah diwarnain jadinya seperti itu. Gak begitu banyak berubah, malahan lebih aneh (mungkin). Lucia namanya.. hehe my very own original character.

Perempuan: Keep a Secret!



Jam wecker membangunkanku pagi ini, baguslah akhirnya aku bisa bangun pagi di hari libur. Ibu mengajakku untuk jogging pagi ini. Kemudian, kujalani Minggu pagiku dengan jogging bersama Ibu di sekitaran rumah. Dan tepat pukul 09.00 aku bersama Ibu mengunjungi suatu café di sudut jalan. Café itu bergaya eropa dan sangat klasik, Ibu sering mengunjungi tempat ini setelah jogging.
“Lihat, bagus ya tempatnya. Kamu pasti suka tempat ini.” Katanya memulai obrolan pagi hari sambil memegang bunga gratis yang diberikan oleh pelayan café kepada pengunjung pertama café ini.
“Café-nya klasik, aku suka. Ibu sering kesini saat aku tidur dirumah sendirian? Ibu jahat ga ngajak aku.” Jawabku mengeluarkan perasaan.
“Habisnya kamu ga bisa tuh, yang namanya dibangunin pagi-pagi. Kamu mau pesan kopi atau teh hangat?” tanyanya dengan senyuman bagai malaikat, aku suka senyuman ibuku.
“Apa ya, cappuccino aja deh. Aku ke pemesanan dulu ya bu, Ibu mau minum apa?” tanyaku kepada Ibu sambil berdiri bersiap memesan ke tempat pemesanan.
“Capuccino, good choice. Hmm, aku pesan Strawberry-tea. Terus jangan lupa beli roti atau makanan kecil juga Sam. Kita-kan belum sarapan.” Jawab Ibu.
Kemudian setelah memesan, akupun kembali ke meja. “sudah kupesankan bu, nanti diantar katanya.”
“Makasih yaa sayang, kamu baik banget deh.” Pujinya kepadaku.
Well, si Ibu memang suka pakai kata-kata sayang sama aku. Kuharap perubahanku ini akan berhasil.
Gak berapa lama, setelah meneguk beberapa kali minumanku. Ibu menyatakan sesuatu.
“Sam, ada seseorang mau ketemu sama kamu.” Katanya sambil membuat senyum simpul.
“Siapa bu?” Jawabku sedikit berteriak. Bagaimana aku gak kaget, ibu bilang ada seseorang yang ingin bertemu denganku. Siapa, aku bertanya-tanya dalam hatiku. Apa iya kalau orang itu ayah?
“Ada deh, pokoknya kamu pasti suka sama temannya Ibu ini. Ayo dimakan brokolinya, jangan disisain ya.”
“iya, iya ini aku makan. Memang temannya ibu itu kapan datangnya? Hari ini, besok, atau kapan?” tanyaku sambil  menghabiskan sisa brokoli yang ada di piringku.
Tanpa membalas pertanyaanku, ibu langsung terdiam menatap dengan pandangan yang tajam ke arah depan. Karena penasaran aku pun melihat ke belakangku mencari apa yang dilihat oleh ibuku. Ada sesosok pria ganteng memakai jaket dan celana training yang kuduga dia habis olahraga di suatu tempat. Kemudian, pria muda itu berjalan menuju meja kami. Aku dan ibuku merupakan pelanggan pertama café ini. Pria itu mempunyai rambut hitam yang bergelombang, kemudian dia memakai sepatu kets dan membawa Koran di tangannya.
Ibuku tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah pria itu. Apa benar orang itu yang dimaksudkan ingin bertemu denganku? Aku tidak tahu kalau ibu mempunyai teman yang sekeren pria itu. Pria itu juga membalas lambaian tangan ibuku dengan mengangkat tangan kanannya ke atas.
“Hai, Sarah.” Salamnya kepada ibuku, nama ibuku adalah Ardelia Sara. Hm, aku semakin tidak percaya dengan ibuku. Untuk apa temannya diajak ke café ini juga? Menghancurkan suasana keakrabanku dengan ibuku saja.
“Hey, Tomm. Capek tadi olahraganya?” Tanya ibuku kepada pria yang dipanggilnya Tomm. Jadi, pria itu namanya Tomm dan dia adalah teman ibuku. Lagipula ibuku terlalu perhatian dengan dia, sampai menanyakan hal seperti itu.
“Hahaha, yaa rutinitas sehari-hari. Kamu bersama dengan putrimu?” tanyanya, dan jantung seakan mau copot! Dia tahu kalau ibuku sama putrinya. Berarti dia teman dekat ibu. Walaupun menurutku dia ganteng, tetap saja aku tidak akan tertipu oleh wajahnya. Jangan terlalu terbawa suasana Sam. Kamu harus mengamankan ibumu dari pria jahat bermulut manis sepertinya. Namun sebenarnya aku belum tahu dia bermulut manis atau tidak. Sebelum ibuku menjawabnya, Tomm langsung menyapaku.
“Sam, apa kabarmu? Namaku Thomas.” Katanya kepadaku yang masih bergulat dengan brokoli. Aku tidak bisa menatap wajahnya, ini pertama kalinya ibuku membawa teman laki-lakinya.
“Baik, he..he...” jawabku setengah terpaksa. Sungguh aku ingin pulang, Joe bantu gw lari dari sini. Kenapa jadi canggung begini suasananya. Aku masih bertanya-tanya dari mana dia tahu namaku.. apa aku terlalu terkenal. Tidak mungkin.
“Kamu jangan takut gitu Sam, Tomm baik kok. Dia malah mau mengajarimu Matematika.” Kata ibu kepadaku, tapi aku tidak menggubrisnya. Aku tidak menjawab dan hanya terdiam di sana bersama brokoliku. Ibu mungkin mempunyai hubungan spesial dengan pria ini.
Aku tetap mengunci mulutku, dan mendengar perbincangan mereka. Mereka asyik sekali berbincang dari dunia bisnis hingga sastra. Sejak kapan ibu kenal dengan Tomm. Aku penasaran.